watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

MAIN RUMAH RUMAHAN

Saat itu saya baru kelas 3 SD, jadi belum tahu
apa-apa tentang seks. Apalagi berhubungan
badan. Umur saya waktu itu kira-kira masih 9
atau 10 tahun. Jadi saya rasa pembaca sekalian
pun mengerti kalau di saat-saat usia seperti itu
boleh dibilang kita tidak tahu apa-apa. Betul tidak?
Sewaktu saya kecil seperti itu, saya tinggal di
desa SB dengan kakek dan nenek saya. Memang
dari umur 1 sampai kira-kira 12 tahun saya tidak
pernah tinggal bersama orang tua saya. Boleh
dikatakan di sana saya hidup tanpa teman,
soalnya desa saya dulunya mayoritas penduduk
pribumi, sedangkan saya non pribumi. Jadi
hanya sebagian yang mau berteman dengan
saya.
Karena apabila pulang sekolah saya tidak ada
teman bermain, saya sering bermain sendiri atau
kadang-kadang pergi ke rumah tetangga sebelah
bermain-main. Tetangga sebelah saya juga
mempunyai seorang anak dan jarang bergaul.
Jadi kami selalu bermain bersama. Oh ya saya
lupa, anak tetangga sebelah saya itu adalah
seorang cewek manis dengan rambut panjang
dan memiliki tinggi lebih dari saya. Dan satu lagi,
umur dia lebih tua dari saya 2 tahun. Jadi pada
saat itu, dia masih berumur kira-kira 13 tahun.
Memang benar kata guru Biologi saya bahwa
umumnya cewek lebih cepat dewasa ketimbang
pria.
Hampir setiap hari saya main ke sebelah, dan
orang tuanya juga baik kepada saya. Ya
mungkin juga gara-gara anaknya jarang bergaul.
Jadi mereka selalu senang kalau melihat saya
bermain-main dengannya. Cewek teman saya
bermain ini, kita sebut saja bernama Siska.
Sering ditinggal sendiri di rumah, karena ibunya
adalah seorang bidan yang setiap hari jarang di
rumah. Sedangkan ayahnya adalah seorang
pekerja. Jadi otomatis kalau ibunya pergi dia
tinggal sendirian di rumah. Karena dia sering
sendiri, kadang-kadang dia datang ke rumah
saya untuk mengajak saya bermain di
rumahnya. Terang saja saya mau, soalnya di
rumahnya selain banyak permainan, juga bebas
karena tidak ada orang yang melarang. Karena
keseringan saya bersamanya, kami sudah tidak
ada perasaan malu satu sama lain. Kami juga
sering menonton acara TV berdua dan seingat
saya waktu itu masih belum ada banyak saluran.
Hanya ada TVRI saja. Bila di rumah sedang
kosong, kami habiskan waktu dengan bermain-
main, seperti main catur, main rumah-rumahan
dan bila sudah bosan kami duduk berdampingan
nonton TV bersama. Apabila nonton film horor
saya sangat senang karena apabila dia ketakutan
kami sering berpelukan. Karena dia lebih tua dari
saya, tak jarang saya mendapat pelajaran
tentang apa saja darinya.
Saya ingat pada suatu siang karena kecapaian
bermain, saya tertidur di kamarnya. Mungkin
karena dia juga kecapaian dia tidur juga di
samping saya dan ketika saya bangun saya
merasakan tangan saya sudah memegang
sesuatu yang lembut dari tubuhnya dan ketika
saya lihat ke samping ternyata tangan saya
sedang memegang dadanya yang pada saat itu
masih belum membesar tapi sudah lumayan
untuk dinikmati. Karena belum mengerti apa-apa
saya menggerakkan tangan saya untuk
menggeser agar tidak mengganggu tidurnya,
namun tangannya yang lembut tiba-tiba
menangkap tangan saya agar tetap berada di
dadanya. Sambil menggerak-gerakkan
tangannya yang menangkap tangan saya di
dadanya, saya lihat dia sepertinya keenakan. Dan
walaupun saya waktu itu belum mengerti
tentang yang begituan, tapi naluri saya
mengatakan untuk terus melanjutkan kegiatan itu
tanpa dikomando. Saya pun meletakkan tangan
saya satu lagi ke payudaranya dan meremas-
remasnya perlahan. Walaupun dia masih dalam
keadaan tidur dan berpakaian lengkap. Namun
sensasi yang saya rasakan waktu itu begitu
indah. Bahkan kemaluan saya bisa berdiri sangat
tegang.
Dia yang sudah merasakan bahwa tangan saya
telah bergerak sendiri pun mulai melepaskan
genggamannya pada tanganku dan membiarkan
tangan saya bergerak sendiri. Kemudian
tangannya bergerak menuju ke batang kemaluan
saya yang sudah berdiri tegak tetapi karena
waktu itu saya masih kecil, jadi batang kemaluan
saya juga kecil dan masih botak. Saya terang
saja kaget, karena dia tiba-tiba mengeluarkan
kemaluan saya dan menggenggamnya. Saya
waktu itu tidak mengerti apa maunya dan tidak
pernah mengerti soal bagituan. Namun semakin
lama saya semakin merasakan nikmat yang
susah dilukiskan dengan kata-kata. Saya melihat
dia telah membuka matanya dan melihat dia
tersenyum melihat wajah polos saya yang tidak
mengerti soal begituan. Dia kemudian dengan
tangan satunya lagi mengangkat kaosnya ke atas
dan sekarang hanya tinggal kaos kutangnya saja.
Tangan saya yang kembali diam ditariknya
kembali ke perutnya yang telanjang dan
mengusap-usapkannya. Saya pun mulai
mengusap-usap perutnya yang berkulit halus
dan putih itu, karena saya merasakan bahwa
kulitnya sangat enak dielus.
Dia yang tahu kalau saya sejak kecil tidak pernah
tinggal bersama orang tua kemudian bertanya,
"Tango, apakah kamu pernah minum ASI?" saya
hanya menggeleng dan terus menikmati usapan
tangan saya dan genggaman tangannya di
batang saya. "Apakah kamu mau mencoba?"
saya mengangguk dengan cepat, karena
seumur-umur saya tidak pernah merasakan. Dia
pun kemudian membuka kaos kutangnya dan
terlihat olehku sepasang bukit yang tidak begitu
tinggi mencuat ke atas. Kemudian dia
menghentikan aktifitasnya dan duduk bersila
bersandar di dinding. Dengan bertelanjang dada
dia kemudian mengambil kepala saya dengan
lembut dan ditariknya agar rebah di
pangkuannya dan setelah saya rebah dengan
kepala tepat berada di pangkuannya. Dia
kemudian memegang payudaranya yang
sebelah kanan dan menyodorkannya ke mulut
saya. Saya kemudian pun menghisap-hisap
payudaranya. Dia tertawa kegelian dan kembali
menangkap batang kemaluan saya dan
mempermainkannya kembali.
"Kak, kok nggak ada susunya", protes saya
waktu itu.
"Kita kan sekarang lagi main rumah-rumahan,
jadi kita ecek-ecek aja."
Saya pun mengangguk dan kembali menghisap
payudaranya yang masih berwarna merah
muda itu.
"Nah, sekarang saya berperan jadi mama, dan
kamu anak mama yang masih kecil jadi kamu
harus nurut", katanya lagi dan saya tetap setuju
walau saya kurang mengerti arah
permainannya.
Tapi saya tidak perduli karena sepertinya
permainan rumah-rumahan seperti begini yang
baru pertama kali kami mainkan sepertinya
sangat menarik dan mengasyikkan. Karena
batang kemaluan saya terus dipermainkan
dengan tangannya, tiba-tiba saya merasakan
seperti ingin kencing. "Siska, eh, mama saya
mau kencing." Dia pun menghentikan
kegiatannya dan kemudian mengangkat kepala
saya kemudian berkata, "Oke... sekarang mama
bawa kamu ke kamar mandi dan sekalian mandi
yah." Saya kembali mengangguk. Sesampai di
depan pintu kamar mandi, dengan masih
bertelanjang dada dia kemudian membuka
semua pakaian saya. Saya hanya menurut, dan
kini saya tanpa sehelai benang pun yang
menutup ditariknya tangan saya ke kamar
mandi, dia pun kemudian menutup pintu dan
mulai membuka celananya plus CD-nya. Kini
untuk pertama kalinya saya melihat dia telanjang
bulat di depan saya. Entah kenapa kemaluan
saya yang tadi sempat turun, kembali naik
setelah melihat dia jongkok untuk pipis sehingga
kemaluannya yang sudah mulai ditumbuhi bulu-
bulu halus terlihat jelas.
Liang kemaluannya yang kemerah-merahan
membuat saya terbengong. "Lho, katanya mau
kencing?" katanya sambil tersenyum dan
kembali memandang junior saya yang sudah
naik tinggi. Saya pun kemudian berjalan menuju
klosetnya dan kencing di sana, tapi kencing saya
sedikit saja. Setelah selesai bahu saya kemudian
dipegangnya dan kemudian dia membalikkan
tubuh saya dan kembali terlihat oleh saya teman
bermain saya yang kini berperan sebagai ibu
dengan rambut diikatnya ke atas dengan tanpa
busana. Kemudian dia pun mulai memandikanku
seperti seorang ibu memandikan anaknya atau
bila boleh dikata memandikan suaminya, sebab
dia selalu saja memegang kemaluan saya.
Setelah selesai memandikan saya, saya
dimintanya untuk menunggu sebentar dan
duduk di kloset karena dia bilang kalau sekarang
giliran mama yang mandi. Saya hanya duduk
dan melihat dia mandi. Setelah ia selesai
membersihkan badannya. Dia kemudian berjalan
menuju saya dan berkata, "Sstt... sekarang
ceritanya kamu sudah besar dan sedang mandi
dengan istrimu", kemudian dengan sikap
jongkok dia kembali sekali lagi menggenggam
batang kemaluan saya dan kali ini dia masukkan
ke mulutnya yang mungil, sambil dikocok-kocok
dan mengulumnya. Saya merasakan geli dan
nikmat menjadi satu. Kemudian entah naluri dari
mana tangan saya berusaha menggapai
payudaranya. Melihat tangan saya bergerak dan
berusaha menggapai payudaranya tapi tidak
sampai karena Siska sedang berjongkok, dia pun
kemudian naik dan membungkuk dengan mulut
tak lepas dari batang kemaluanku dengan
maksud agar tanganku sampai ke dadanya.
Setelah sampai saya pun meremas-remas
dadanya. Setelah lama bermain dengan gaya
begitu, dia kemudian berdiri, dan menyuruh
saya agar ikut berdiri. Saya kembali hanya
mengikutinya karena saya menganggap
permainannya kali ini sangat menarik. Dia
kemudian menyandarkan saya ke dinding
kemudian saya lihat wajahnya sangat dekat ke
wajah saya. Saya sering melihat adegan
berciuman di TV, maka saya pun ingin
merasakan berciuman dan saya rasa dia juga
demikian. Maka sedetik kemudian kami sudah
saling mengulum walaupun pada saat itu kami
tidak mengerti caranya. Kami hanya saling
mengisap dan mengulum. Karena saya waktu
itu lebih rendah beberapa centi darinya. Jadi
sewaktu ia menciumku, tubuhnya sangat rapat
dan saya dapat merasakan payudaranya
menekan ke dada saya, sedangkan di bawah
saya merasakan kalau pinggulnya bergerak maju
mundur, sebab saya waktu itu bisa merasakan
kalau batang saya yang sudah tegak itu
bergesekan dengan selangkangannya yang maju
mundur.
Setelah puas berciuman tanpa bicara dia
kemudian memegang kemaluan saya dan
mengarahkan ke liang kemaluannya. Namun
pada saat itu saya rasa dia telah mengerti soal
keperawanan sedangkan saya tidak tahu apa-apa
(yang penting enak) dia hanya memasukkan
sedikit batang kemaluan saya ke liang
kemaluannya. Hanya kira-kira 1/3 dari
panjangnya dia genggam dan masukkan ke
lubang kemaluannya. Kemudian setelah dia taksir
tepat, dia pun mulai menggerakkan pinggulnya
maju mundur sehingga tepat 1/3 bagian yang
masuk ke lubangnya. Waktu itu saya melihat dia
seperti merasakan kenikmatan yang luar biasa
karena berkali-kali dia mendesah dan mendesis.
Setelah beberapa menit saya merasakan ada
cairan hangat membasahi batang kemaluan saya
dan saya melihat dia berhenti dari aktifitasnya
sesaat dan kemudian mencabut kemaluan saya.
Dia kemudian mencolek sedikit cairan yang
keluar dari lubang kemaluannya dan
menciumnya. "Ini apa yah? kok bisa keluar dari
memekku?" tanyanya kepada saya. Terang saja
saya tidak tahu dan saya pun ikut mencolek
sedikit dari kemaluannya. Sewaktu jari saya
mencolek kemaluannya saya melihat dia
mengejang sedikit, mungkin saat itu saya
menyentuh klitorisnya. Dan saya pun
menciumnya, "Nggak tahu yah, kok kental gini.
Memangnya sebelumnya nggak pernah keluar?"
dia hanya menggeleng. "Sudah dech, nggak pa-
pa, entar juga tahu sendiri", katanya santai.
Kemudian dia pun membersihkan kemaluannya.
Melihat saya masih terbengong dia pun
kemudian menarik saya dan membersihkan
batang kemaluan saya. Pada saat dia
membersihkan, dia seperti mengocok-ngocok
kemaluan saya dan kemudian menyiramnya
dengan air, namun tak lama kemudian saya
kembali merasakan mau kencing, "Siska, saya
mau kencing nih."
"Ah.. kamu kan tadi baru kencing masa kencing
lagi", jawabnya dengan tangan tetap
membersihkan kelamin saya.
"Sis, udah nggak tahan nih, udah mau keluar",
ucap saya sambil menahan sesuatu yang akan
keluar.
"Keluarkan aja kalau memang ada", tantangnya.
Dan currr... akhirnya saya tidak dapat
menahannya dan kami berdua kembali terkejut
dan saling memandang satu sama lain setelah
apa yang tadi saya keluarkan habis. Sejenak saya
bagai terbang ke awang-awang.
"Lho, kok kencing kamu warnanya lain?"
tanyanya kepada saya.
Saya hanya mengangkat bahu.
"Sama seperti tadi, eh, kok ini kamu mengecil?"
tanyanya lagi sambi menunjuk ke kemaluanku.
Saya kembali mengangkat bahu dan menjawab,
"Nggak tahu yah... tapi waktu tadi yang putih-
putih itu keluar rasanya kok enak sekali", kali ini
saya memberi respon.
"Iya, saya tadi juga merasakan kayak gitu",
katanya.
"Mungkin ini sebabnya orang dewasa suka kayak
gitu", sambungnya memberi alasan.
"Maksudnya?" tanyaku tak mengerti.
"Iya soalnya waktu tante saya datang dari
Medan, waktu malam saya nggak sengaja liat
tante sama suaminya sedang memasukkan
kelaminnya seperti yang kita lakukan tadi, terus
setelah saya intip lama, kemudian tante sama
paman sama-sama bilang, Ahhh... dan
kemudian mencabutnya, mungkin itu rasa
nikmat karena cairan kayak gini keluar", Siska
menjelaskan panjang lebar.
"Ooo... tapi rasanya enak lho, lain kali kita main
kayak gini lagi mau?" ajak saya.
"Ok, tapi kata mama saya, saya nggak boleh
masukkan sesuatu ke memek saya dalam-
dalam, katanya entar bisa berdarah, jadi saya
takut. Tapi lain kali kita mainnya kayak tadi aja
yah?"
Kali ini saya setuju dan mengangguk cepat.
Kemudian kami mandi sekali lagi dan berpakaian
kembali.
"Eh, Tango lu jangan bilang siapa-siapa yah
tentang yang kita lakukan tadi, entar kita bisa
dimarahin", larangnya.
"Ok dech, tenang aja... habis mandi enaknya
ngapain yah?"
"Yuk kita nonton TV aja, sambil nunggu
mamaku pulang."
Dan kami pun menonton acara kartun di TV
yang pada saat itu sedang menayangkan kartun
Kura-Kura Ninja. Setelah kartunnya habis, tak
lama kemudian mama Siska pulang, dan saya
pun mau pulang untuk belajar. Karena rumah
saya hanya di sebelah dan hanya dibatasi pagar
batu rendah, saya pun biasa pulang dengan
memanjat pagar itu. Setelah sampai di atas
pagar saya dengar Siska berteriak, "Tango,
besok-besok kita main rumah-rumahan lagi
yah?" Saya kemudian mengangguk dan
mengacungkan jempolku kepadanya.
Nah, setelah kejadian itu saya semakin sering ke
rumahnya, namun karena mamanya sekarang
jarang keluar siang, jadi kami jarang bermain,
dan seingat saya, saya hanya sempat bermain
seperti itu empat kali dengannya dan selama
kami bermain rumah-rumahan,
keperawanannya tetap terjaga. Karena waktu
saya umur 13 tahun, nenek saya dipanggil
Tuhan. Dan saya pun dibawa kembali bersama
orang tua saya dan melanjutkan sekolah saya di
kota M, dan sampai sekarang saya jarang pulang
ke desa SB dan bila saya ke sana saya sudah
tidak pernah berjumpa Siska. Kata keluarganya
dia ikut tantenya keluar kota. Dan pernah suatu
kali saya pulang ke SB dan bertemu dengannya,
kami hanya senyum-senyum tanpa berbicara,
sebab kami berdua sepertinya malu kalau
mengingat kejadian sewaktu kami belum
mengerti apa-apa.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/1862
U-ON

inc Powered by Xtgem.com